Makam Keramat Aceh Barat, Tragedi Murhaban dan Si Kecil

tangkap layar youtube Kisah Kubu Aneuk Manyak. dok. youtube/@HABA ASA News

Kubu Aneuk Manyak Aceh Barat, makam keramat Murhaban & anaknya, sekaligus tempat singgah para pejalan dan mahasiswa.

Halo teman-teman! Kali ini kita bakal bahas salah satu lokasi bersejarah di Aceh Barat yang penuh misteri sekaligus tragedi, yaitu Kubu Aneuk Manyak. Tempat ini terkenal sebagai makam keramat karena menyimpan kisah pilu seorang ayah dan anaknya yang menjadi korban pembunuhan pada tahun 1935.

Selain tragis, Kubu Aneuk Manyak juga punya nilai sejarah yang tinggi. Jalur di kaki Gunung Geurutee ini sejak zaman penjajahan Belanda ramai dilalui pejalan kaki, serdadu Belanda, dan pejuang Aceh yang bergerilya. Jalur ini juga berfungsi sebagai jalur perdagangan kerbau dari Meulaboh ke Pidie, sehingga menyatukan masyarakat Pantai Selatan dan Pesisir Timur Aceh.

Nggak cuma soal sejarah dan tragedi, tempat ini juga menjadi tempat singgah para pejalan dan mahasiswa yang melewati jalur tersebut saat libur sekolah. Di samping makam, ada Musalla Al-Muhajirin yang berfungsi sebagai tempat ibadah sekaligus pusat refleksi spiritual. Yuk, kita kupas lebih dalam kisah di balik makam keramat ini!

Tragedi Murhaban dan Anak yang Tak Berdosa

Cerita ini bermula dari perjalanan Tengku Murhaban, seorang pengusaha asal Meulaboh, yang menikahi Maisarah dari Geumpang Keumala, Pidie. Dari pernikahan ini lahirlah seorang putra yang tampan. Sayangnya, Maisarah meninggal saat anaknya baru berusia empat tahun, meninggalkan Murhaban sebagai satu-satunya pelipur lara bagi anaknya.

Pada pertengahan 1935, Murhaban memutuskan pulang ke kampung halamannya membawa seluruh harta bendanya, termasuk uang emas dan barang berharga. Sahabat dekatnya menanyakan jadwal perjalanan, dan tanpa curiga, Murhaban pun membocorkan rencana perjalanannya.

Ayah dan anak ini ditemani sahabatnya memulai perjalanan panjang melewati jalan setapak di kaki Gunung Geurutee. Jalan ini merupakan jalur penting yang ramai dilalui pejalan, serdadu, dan pejuang Aceh, sekaligus jalur perdagangan kerbau. Di Gampong Bangkeh, sahabat itu tiba-tiba kembali, mengaku sakit, dan meninggalkan Murhaban serta anaknya. Tak lama kemudian, keduanya ditemukan tewas mengenaskan di Neungoh Ukheue Kayee. Ternyata, sahabat yang menemani adalah pelaku pembunuhan dengan motif perampokan harta Murhaban.

Makam Keramat dan Tempat Singgah Pejalan

Kini, kuburan Murhaban dan anaknya diyakini masyarakat setempat sebagai makam keramat, terutama karena korban termasuk anak yang tak berdosa. Untuk mengenang tragedi ini, nama Dusun Kubu Aneuk Manyak diambil dari peristiwa tersebut.

Di samping makam, dibangun Musalla Al-Muhajirin, tempat ibadah bagi para pejalan dan mahasiswa yang melewati jalur ini. Musalla ini menjadi saksi sejarah sekaligus pusat spiritual yang mengingatkan kita bahwa setiap perjalanan punya nilai sejarah, budaya, dan moral.

Kubu Aneuk Manyak bukan sekadar makam. Tempat ini mengajarkan kita tentang pengorbanan, kehati-hatian, dan penghormatan terhadap sejarah. Setiap pengunjung yang singgah di sini dapat menelusuri jejak heroik masa lampau, belajar dari tragedi yang terjadi, serta menghormati sejarah Aceh Barat yang sarat nilai moral dan budaya.***

Baca Juga

No comments

Theme images by Leontura. Powered by Blogger.